jump to navigation

Rifapentine, Harapan Baru Penderita Tuberculosis May 5, 2008

Posted by adimasmw in Farmakologi.
Tags:
1 comment so far

Judul diatas bukanlah jargon HADE ketika memenangi pemilihan gubernur jawa Barat april kemarin, walaupun beda konteks Rifapentine dan HADE memiliki suatu kesamaan, aitu mengobati penyakit kronis yang sudah menggerogoti manusia. HADE merupakan harapan rakyat jawa barat yang sudah bosan dengan kebobrokan di jawa barat sedangkan Rifapentine merupakan obat lama tapi baru yang menjadi harapan para penderita Ttuberculosis (TB) yang bosan dengan pengobatan TB yang lama. Kita tinggalkan dulu masalah sama-kesamaan ini, mari kita menuju ke permasalahan inti.

Tidaklah berlebihan kalo Rifapentine disebut sebagai harapan baru bagi penderita TB. Selama ini penderita TB harus menderita selama 6 bulan penuh ketika mereka mengkonsumsi obat-obatan untuk penyakit TB. Yang menjadi masalahnya adalah efek yang ditimbulkan oleh obat isoniazid (INH), rifampisin, ethambutol, Streptomisin, dan Pirazinamid yang merupakan obat standar untuk pemderita TB. Setiap obat itu mempunyai efek samping yang bisa membuat penderita yang mengkonsumsinya berfikir ulang untuk mengkonsumsi terus menerus selama 6 bulan.

Menurut Eric Nuermberger, seorang spesialis di bagian penyakit Infeksi di The John Hopkins University School Of medicine mengatakan, hasil penelitian di tim nya menunjukan bahwa pada tikus, Rifapentine dapat mempercepat penyembuhan pada tikus dengan TB aktif 2-3x lipat bila dibandingkan dengan rifampisin, yang merupakan salah satu obat standar yang sekarang digunakan untuk pengobatan TB. Walaupun demikian sebenarnya antibiotik Rifapentine ini sudah di legalkan oleh FDA (semacam BPOM versi Amerika) sejak tahun 1998. Rifapentine aman dikonsumsi oleh manusia tapi untuk efektifitas penggunaanya pada penderita TB lebih diintensifkan lagi belakangan ini. Nuermberber menambahkan, melihat hasil yang menggembirakan ini, tim nya akan menliti efektifitasnya bila digunakan pada manusia mulai tahun depan yang akan dilakukan di 8 negara. Dari hasil penelitian ini Rifapentine diproyeksikan sebagai obat pengganti rifampisin sebagai salah satu “cocktail” obat untuk mengatasi penyakit TB. Bila nanti penelitian pada manusia sama dengan penelitian pada tikus, maka diperkirakan penyembuhan penyakit TB yang bisanya sembuh dalam 6 bulan bisa dipersingkat menjadi 3-4 bulan lamanya.

Lembaga non-profit untuk pengembangan obat-obatan TB memperkirakan lebih dari 9 juta orang terinfeksi oleh bakteri penyebab Tb Mycrobacterium tuberculosis. Ahli lain mengatakan 424.000 diantaranya menderita TB yang lebih berbahaya yang disebabkan karena multi-drug resistant yang biasanya akibat dari terputusnya atau tidak selesainya pengobatan selama 6 bulan terus menerus.

Penelitian terhadap efektifitas Rifapentine sebenarnya tidak terlepas dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Richard Chaisson, direktur Hopkin’s center untuk penelitian TB pada oktober lalu. Chaisson dan timnya menemukan bahwa antibiotik moxifloxacin bila digunakan sebagai pengganti ethambutol dalam pengobatan TB dapat mempercepat masa penyembuhan dari 6 bulan menjadi 4 bulan.

Dengan adanya temuan baru dalam pengobatan TB saya menegaskan bahwa ternyata Harapan itu masih ada, jadi bukan hanya HADE yang jadi harapan baru itu, Rifapentine juga merupakan harapan baru dalam konteks yang berbeda. Untuk lebih lengkapnya mengenai ulasan ini silahkan mengunjungi www.hopkinsmedicine.org/dom/tb_lab atau www.plosmedicine.org

Sumber :

The Journal Of Home Health Care, edisi april 2008. Vol 26, No. 4